KESIAPAN SOSIAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Sampai saat sekarang ini, dunia sudah mengalami revolusi industri sebanyak 4 (empat) kali dan diperkirakan akan segera mengalami perubahan pada revolusi industri ke-5. ?Sebelum terjadinya revolusi industri, manusia melakukan segala kegiatan baik produktif maupun konsumtif dalam skala yang kecil dan cakupan yang sempit dikarenakan segala hal masih dilakukan secara manual dan terbatas. Kemudian lahirlah revolusi Industri 1.0 pada abad ke 18 yang ditandai dengan penemuan mesin uap. Dengan lahirnya revolusi industri 1.0, produktifitas manusia semakin meningkat. Pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan secara manual oleh manusia, mulai dikerjakan oleh mesin mekanis sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal, masif dan hampir tanpa henti. Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang memunculkan mesin dan perangkat elektronik sehingga membuat biaya produksi menjadi semakin mengalami efisiensi dan efektifitas. Pada era tahun 1970an, dengan ditemukanya transistor, maka lahirlah revolusi Industri 3.0 ditandai dengan munculnya komputerisasi dalam lingkup industri, pertahanan, ekonomi dan sosial. Peradaban manusia semakin maju dan memasuki pergeseran di banyak aspek tak terkecuali budaya. Ilmu pengetahuan semakin berkembang dan revolusi Industri 4.0 terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui munculnya internet of thing, machine learning, rekayasa genetika, cloud computing serta big data.
Baca →Paperless dan Tantangannya di Indonesia
Kertas memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Di sisi lain, kertas memiliki dampak negatif yaitu menyebabkan peningkatan gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu penggunaan kertas perlu dikurangi dengan cara mengubah dokumen kertas menjadi bentuk digital atau disebut juga paperless. Paperless diklaim dapat menghemat uang, meningkatkan produktivitas, menghemat ruang, membuat dokumentasi dan berbagi informasi lebih mudah, menjaga informasi pribadi lebih aman, dan membantu menyelamatkan lingkungan. Saat ini banyak sekolah, perkantoran, industri, sarana kesehatan yang menerapkan kebijakan paperless. Namun upaya untuk benar-benar paperless jarang berhasil. Paper ini membahas penerapan paperless dan tantangannya di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya. Tujuan Paper ini adalah melakukan penggalian, analisis dan kombinasi hasil dari berbagai penelitian untuk merumuskan tantangan penerapan paperless yang harus dihadapi Indonesia. Keywords—paperless, green IT, digital media
Baca →PENGUATAN CAPACITY BUILDING PEMERINTAHAN DESA DENGAN HUMAN SET MENUJU SISTEM INFORMASI DESA YANG HANDAL PENUNJANG SMART CITY
Keinginan untuk sejajar dengan kota besar di dunia karena dampak perkembangan teknologi yang begitu cepat dirasakan di seluruh Kota/ Kabupaten di Indonesia bahkan sampai terasa dampaknya di Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal terbagi dalam 18 kecamatan, yang terdiri atas 281 desa dan 6 kelurahan. Smart city dalam pandangan banyak orang awam hanya sebatas semua pekerjaan dan permasalahan administratif yang dihadapi pemerintahan dari daerah sampai ke desa dapat dikerjakan menggunakan aplikasi komputer yang di-on line- kan, maka berdasarkan anggapan ini semua abdi negara termasuk perangkat desa yang bertugas di balai desa dituntut harus mampu meng-on line-kan aplikasi administratif.
Baca →PROSPEKTIF KABUPATEN TEGAL MENGHADAPI SDG’s 2030
Terbukanya informasi publik ke masyarakat luas berdampak pada proses pendidikan secara real time (waktu saat ini) apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh para pejabat publik mereka di pemerintahan. Disisi lain, kesempatan ini digunakan oleh pejabat publik yang memiliki visi jelas (Bupati/ Wakil, Walikota/ Wakil) saling berlomba lomba meningkatkan kinerjanya untuk mensejahterakan warga masyarakatnya. Dunia telah menyepakati bahwa standar pejabat publik yang serius untuk mensejahterakan masyarakatnya mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG’s) atau yang lebih dikenal dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. SDG’s merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan yang dimulai sejak 2016 hingga batas akhir 2030 sehingga disingkat dengan SDG’s 2030.
Baca →WASPADA TAWON
Mengintip dari berita yang sempat diexpose oleh radar tegal mengenai pembasmian tawon di beberapa wilayah di Kabupaten Tegal dan Kota Tegal, sekitar 19 sarang Tawon telah dimusnahkan oleh Pemadam Kebakaran dan yang diketahui ada jenis tawon yang mematikan yaitu tawon endas atau dikenal juga sebagai jenis tawon vespa affinis disalah satu rumah warga. Tawon ini juga sudah menyerang beberapa warga sampai mengakibatkan salah satu korban trauma, sehingga adanya sarang tawon sekarang menjadi hal yang ditakuti oleh warga.
Baca →HUMAN INTEREST Ikut Mewarnai Dunia Media Sosial
Perkembangan media sosial sekarang ini tidak lepas dari foto. Foto bisa menjadikan opini seseorang terhadap suatu hal atau peristiwa. Media sosial seperti Facebook Instagram dan Twitter seperti tidak lengkap adanya foto atau gambar. Karena foto bisa mewakili perasaan atau hal-hal yang sedang dan telah dilakukan oleh para pengguna medsos.
Baca →LOW POWER WIDE AREA NETWORK (LPWAN)
Low Power Wide Area Network (LPWAN) merupakan salah satu solusi implementasi Internet of Things (IoT) sebagai sarana konektifitas dimana memiliki coverage area yang luas namun menggunakan daya yang relatif rendah dengan lifetime yang tinggi. Hal ini membuat LPWAN sangat cocok digunakan untuk komunikasi mesin ke mesin dari berbagai perangkat IoT. Pada essay ini akan dijelaskan mengenai 3 (tiga) jenis LPWAN yang banyak digunakan pada implementasi IoT pada saat ini yaitu Sigfox, Long Range WAN (LoRaWAN), Narrow Band - IoT (NB-IoT). Ada beberapa perbedaan antara Sigfox dan LoRa dengan NB-IoT. Sigfox dan LoRa mempunyai keunggulan pada ketahanan baterai, kapasitas, dan harga. Sedangkan NB-IoT menawarkan keunggulan dalam terms of latency dan Quality of service.
Baca →Pencarian Rute Optimal Distribusi koran Dinas Kominfo Kab.Tegal menggunakan Algoritme Genetika
Pencarian rute terbaik dalam melakukan suatu distribusi memiliki peranan yang sangat penting dalam hal efektifitas dan efisiensi terutama pada waktu dan biaya. Tak jarang suatu organisasi mengeluarkan biaya yang mahal hanya karena ketidak-efektifan dalam pendistribusian barang atau komoditas. Maka dari itu perlu dilakukan suatu optimasi dalam penentuan rute distribusi. Permasalahan dalam optimasi penentuan rute terpendek ini dinamakan dengan Travelling Salesman Problem (TSP).
Baca →