Diposting pada 10 August 2020, 16:22 Oleh AD
Slawi – Penemuan fosil tengkorak manusia purba berusia 1,2 juta tahun di Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng tahun 2011 lalu serta ratusan fosil fauna dan artefak sebelumnya menjadi pertimbangan jajaran Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membangun Museum Situs Semedo. Berdiri diatas lahan seluas 10.582 meter persegi, museum ini pun mulai dibangun secara bertahap sejak tahun 2015. Kini, penggarapan fisiknya telah rampung dan sebagian koleksi yang dihimpun dari para pegiat fosil warga sekitar selesai dipindahkan untuk dilakukan penataan.
Rencananya, Museum Situs Semedo ini akan siap beroperasi tahun 2021. Namun, rencana pengelolaan museum oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud yang nantinya juga difungsikan sebagai pusat penelitian dan informasi tentang manusia purba serta tempat rekresi ini memerlukan dukungan sejumlah pihak, utamanya Pemkab Tegal. Pernyataan ini mengemuka saat berlangsung dialog antara Bupati Tegal Umi Azizah dengan jajaran Kemendikbud di Ruang Rapat Sekda, Jumat (07/08/2020) pagi.
Menanggapi hal itu, Umi berjanji akan segera melakukan kajian mendalam bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait pengelolaan kawasan situs Semedo agar keberadaan museum di dalamnya sebagai bagian dari pelestarian cagar budaya berfungsi efektif.
“Upaya kami melestarikan kawasan cagar budaya situs Semedo ini tentunya tidak hanya sebatas berhenti pada penyediaan lahan untuk bangunan museum, pembangunan areal parkir dan akses jalan menuju museum. Lebih daripada itu, penataan lingkungan permukiman, reboisasi lahan hutan di sekitar lokasi museum hingga pemberdayaan masyarakat untuk menyiapkan masyarakat sadar wisata juga menjadi bagian yang harus disiapkan. Dan tentunya ini memerlukan koordinasi antar OPD agar terbangun sinkronisasi program kegiatan di klaster pengembangan Semedo,” kata Umi.
Senada dengan itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda dan Litbang) Kabupaten Tegal Bambang Kusnandar Aribawa menyatakan siap mendukung kebijakan Bupati Tegal. “Mendukung kebijakan Bupati Tegal tersebut, pada prinsipnya kami siap bersinergi dengan jajaran Kemendikbud, terutama dalam hal pengembangan kawasan cagar budaya di luar lokasi museum yang menjadi kewenangan Pemkab Tegal,” kata Aribawa.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Registrasi Nasional Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Muhammad Natsir Ridwan Muslim mengatakan, sejak tahun 2018 dan 2019 lalu sudah terkumpul sekitar tiga ribu koleksi fosil yang siap mengisi koleksi museum. “Fosil-fosil tersebut saat ini sedang dalam proses penataan. Dan melihat prospek pengelolaan kedepannya nanti, tentu perlu ada peran pemerintah daerah, terutama penyiapan lingkungan di sekitar lokasi museum, termasuk mempromosikannya sebagai destinasi wisata edukasi,” ujarnya.
Lebih jauh, fungsional profesor riset sekaligus pakar manusia purba Indonesia Harry Widiyanto mengatakan, keberadaan situs purbakala Semedo menjadi khasanah hadirnya fauna-fauna yang tertua sekaligus terlengkap di Pulau Jawa. Usia fosil fauna yang ditemukan ditemukan di situs Semedo bahkan melebihi yang ada di Sangiran.
Menurut mantan Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud ini, Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran pegunungan Serayu Utara sekaligus perbatasan jajaran pegunungan Bogor di Jawa Barat. Daerah ini kemudian terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara yang telah melewati kala plestosen bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu yang kemudian tertutup endapan vulkanik.
Di situs yang membentang sejauh 3,5 kilometer tersebut, lanjut Harry, banyak ditemukan fosil binatang darat dan makhluk yang hidupnya ada di dalam laut. Ini menandakan, daerah Semedo dan sekitarnya pada jutaan tahun silam adalah lautan, belum menjadi daratan.
“Tidak hanya itu, sekitar tahun 2007 juga ditemukan alat-alat batu yang menandakan adanya kehidupan manusia purba pada zaman dahulu. Tengkoraknya ditemukan oleh pak Dakri di tahun 2011. Artinya ini semakin jelas, bahwa keberadaan Museum Situs Semedo akan menjadi jembatan ilmu pengetahuan kami dengan masyarakat,” jelas Harry. (AD)