Diposting pada 05 April 2021, 15:22 Oleh OI
Slawi – Inflasi yang rendah menjadi indikasi lemahnya daya beli masyarakat. Pembatasan aktifitas sosial dan ekonomi selama pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu telah menekan inflasi pada angka 1,69 persen atau terendah sejak tahun 2011. Sehingga, momentum Ramadhan dan Lebaran nanti diharapkan menjadi puncak belanja dan konsumsi masyarakat untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah saat membuka Rapat High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tegal, Senin (29/03/2021) di Gedung Dadali Pemkab Tegal.
Umi berharap, inflasi pada kelompok bahan pangan di jelang Ramadhan bisa dijaga pada kisaran 3 hingga 5 persen. Menurutnya, angka tersebut masih wajar mengingat selama ini sektor pertanian ikut terdampak dari lesunya permintaan dan konsumsi masyarakat. “Kita berharap, petani menjadi pelaku usaha yang paling diuntungkan dari meningkatnya konsumsi warga di jelang Ramadhan dan saat Lebaran nanti,” kata Umi.
Pihaknya, melalui dinas terkait akan berupaya memperkuat ketahanan pangan dengan mendorong peningkatan produksi melalui intensifikasi dan ektensidikasi pertanian, termasuk pengendalian distribusi pupuk bersubsidi. Umi pun mengapresiasi keputusan Pemerintah yang tidak jadi mengimpor beras hingga bulan Juni mendatang. Hal tersebut menurutnya sangat membantu penyerapan beras lokal dan mengangkat harga jualnya di tingkat petani.
“Sebentar lagi ada panen raya padi. Jangan sampai teman-teman petani menangis karena harganya jatuh akibat kebijakan impor yang menekan harga pasar. Saya pun minta kebijakan pupuk bersubsidi ini bisa benar-benar membantu meringankan petani, tidak dipermainkan, sekalipun kita tahu stoknya sedikit,” ungkapnya.
Di sini, Umi pun menanggapi soal kenaikan harga cabai rawit dan cabai merah sebagai komoditas penyumbang inflasi tertinggi beberapa waktu ini. Umi berharap, kenaikan harga yang tinggi akibat minimnya pasokan tersebut tidak berlangsung lama karena petani kini banyak yang menanam cabe dan akan segera panen.
Guna merangsang pertumbuhan sektor mikro, pihaknya meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat atau KUR Daerah dengan bunga rendah setara 0,26 persen per bulan melalui BPR Bank Tegal Gotong Royong.
Harapannya, pelaku usaha mampu meningkatkan kapasitas produksinya, termasuk menangkap peluang permintaan dan konsumsi yang meningkat di jelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini.
Meski mungkin pengaruhnya tidak terlalu signifikan, hal ini menurut Umi merupakan bagian dari upaya Pemkab Tegal mengendalikan inflasi atau mencapai target sasaran inflasi 2021 di kisaran 2 sampai 4 persen sebagaimana yang ditetapkan Pemerintah dan Bank Indonesia.
Sementara itu, di tempat yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal Muhammad Taufik Amrozy mengatakan di awal tahun 2021 ini telah terjadi peningkatan ekonomi di wilayah Kota Tegal dan sekitarnya. “Geliat perekonomian sudah mulai terlihat. Hal ini tentunya membawa dampak pada inflasi daerah yang tumbuh positif sebagai indikasi optimisme sektor konsumsi. Berbeda dengan inflasi di bulan Maret 2020 lalu yang sangat rendah sehingga membuat perekonomian kita terpuruk,” terang Amrozy.
Amrozy menambahkan jika beras, bawang merah, cabe merah, telur ayam ras dan daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang utama inflasi di Eks Karesidenan Pekalongan selama empat tahun terakhir. Adapun langkah Bank Indonesia dalam menekan laju inflasi antara lain memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
“Langkah-langkah yang bisa kita tempuh yaitu dengan memperkuat produksi dan cadangan pemerintah, mendorong kerjasama antar daerah dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, pelaksanaan operasi pasar untuk menjaga tingkat harga komoditas pangan strategis. Inspeksi pasar penting dilakukan untuk memantau peningkatan harga yang abnormal,” pungkasnya. (OI)