Diposting pada 07 May 2019, 15:01 Oleh Koes
Slawi - Strategi Indonesia dalam menyiapkan tenaga terampil lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) beralih pada kebutuhan industri atau demand side. Dengan demikian , penyusunan kurikulum dan peran serta industry sebagai calon pengguna, terus di tingkatkan. Hal ini berlaku baik di tingkat nasional, regional maupun international. Dengan demikian, diharapkan lulusan SMK semakin siap menghadapi dunia profesioanal di era keterbukaan pasar dan revolosi industry keempat. Sistem Pendidikan yg kini di terapkan di Indonesia , juga telah sesuai dengan ASEAN Work Plan on Education 2016-2020, dimana pendidikan vokasi termasuk di dalamnya .
Demikian dikemukakan Plh Direktur Informasi Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Kominfo Republik Indoensia Maroli J.Indarto pada pembukaan diskusi publik dengan tema “Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan kejuruan untuk melahirkan tenaga terampil dan siap kerja “ di aula SMK N 2 Slawi Senin 6 Mei 2019.
Diskusi diikuti sekitar 200 siswa siswi SMK Jurusan agribisnis produksi pertanian, produksi ternak dan hasil pertanian serta mekanisasi pertanian dan teknik mesin dan tehnik otomotif. Bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang peran SMK dalam mendukung pembangunan manusia Indonesia yang siap kerja.
Diskusi menghadirkan pemateri terdiri : Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud RI, Badan Litbang SDM Kemen Kominfo RI serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab.Tegal dengan moderator Sekdin Dinas Kominfo Kabupaten Tegal.
Dikatakan Maroli, kemajuan pembangunan pendidikan nasional tak lepas dari dukungan kuat dari berbagai mitra pendidikan dan sejumlah pemangku kepentingan. Sementara itu pemerintah daerah juga diminta untuk memberikan priorotas pada pendidikan vokasi .
Ditambahkan, saat ini jumlah SMK di Indonesia mencapai angka 14.218 sekolah baik Negeri maupun swasta , dengan lebih dari 5 juta siswa.
Tahun 2019 ini Kemendikbud lewat Direktorat Pembinaan SMK mengutamakan beberapa strategi antara lain :
Pertama : menyempurnakan dan menyelaraskan Kurikulum SMK dengan Kompetensi Sesuai Kebutuhan Pengguna Lulusan. Dalam hal ini sebanyak 500 sekolah mendapatkan pembinaan;
Kedua : meningkatkan Kerjasama dengan Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha/ Industri. Dalam kaitan ini , sebanyak 315 sekolah telah bekerjasama dengan industri;
Menurut Maroli , perhatian pemerintah terhadap Pendidikan Vokasi tidak berhenti sampai disitu saja, kolaborasi nyata lintas instansi juga digalakkan, dalam rangka membangun link and match antara SMK dengan Industri. Hingga saat ini Program Vokasi Industri telah melahirkan 4.275 Perjanjian kerjasama antara 2.329 SMK dan 860 Perusahaan/Industri.
Sementara itu Bupati Tegal Umi Azizah dalam sambutannya mengharapkan, di era keterbukaan informasi yang semakin cepat dan canggih sekarang ini, agar siswa SMK bisa menangkap peluang usaha. Karena di era digital berwirausaha bukan menjadi sebuah alternatif melainkan sebuah keharusan. Dengan memanfaatkan dunia digital atau medsos, setiap orang dapat memasarkan karya atau produknya sendiri.
“Belajarlah dari negara-negara maju, karena 75% warganya adalah pengusaha. Maka ubah mindset adik-adik untuk mampu mengembangkan pola kemandirian salah satunya dengan berwirausaha,” tandas Umi Azizah
Bupati menambahkan, prospek menjadi petani milenial juga harus ditangkap oleh adik-adik siswa SMK, apalagi di SMK Negeri 2 Slawi, yang notabene menggeluti dunia pertanian. Sebab, 55 persen penduduk Kabupaten Tegal warganya bercocok tanam. “Misalnya menjadi petani organik. Bagaimana memanfaatkan tomat atau lombok agar dapat memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Tidak hanya digunakan untuk olahan sambal,” tegasnya.
Kuncinya adalah kita harus adaptif dan bisa berinovasi. Karena era sekarang bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil. Tetapi yang cepatlah yang akan mengalahkan yang lambat,” pungkas Umi Azizah . (koes)