Diposting pada 22 July 2024, 11:20 Oleh ip
SLAWI
- Upaya meningkatkan deteksi dini dan
penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) di kelompok rentan, Dinas Kesehatan Kabupaten
Tegal bekerja sama dengan USAID Bebas TB Provinsi Jawa Tengah melaksanakan
kegiatan Active Case Finding (ACF) atau kegiatan penemuan kasus Tuberkulosis
(TBC) secara aktif di masyarakat yang diadakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Kelas IIB Slawi, Jumat (19/07/2024).
Kegiatan
ini bertujuan untuk melakukan skrining TBC dengan penggunaan Chest X-Ray (CXR)
dan Tuberculin Skin Test (TST) terhadap 100 Warga Binaan, mengingat kelompok
ini termasuk dalam kategori rentan terhadap penularan TBC.
Skrining
TBC ini terdiri dari pemeriksaan fisik, anamnesa, tes mantoux, tes dahak, rontgen
dan sekaligus pengetesan HIV.
Melalui
kegiatan ini, diharapkan kasus-kasus TBC dapat ditemukan lebih awal sehingga
penanganan dan pengobatan bisa dilakukan segera.
Saat
ditemui di lokasi, Kepala Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan
Perorangan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Sarmanah Adi Muraeny, menuturkan
bahwa Kasus TBC di Kabupaten Tegal selama bulan Januari sampai dengan Juni 2024
ditemukan sebanyak 2.840 TB SO dan 37 TB OR. Sedangkan estimasi kasus TBC di Kabupaten Tegal menurut Kementrian
Kesehatan terdapat 6.913 kasus.
“Kita
harus berupaya untuk menemukan sebanyak itu, salah satunya dengan kegiatan ini.
Jadi, kita baru menemukan sekitar 40 persen kasus dari estimasi tersebut,”
jelas Sarmanah.
Sarmanah
juga berpesan kepada masyarakat Kabupaten Tegal jika mengalami batuk berdahak
selama seminggu segara periksa di puskesmas terdekat. Dirinya juga menjelaskan
gejala TBC antara lain mengalami batuk berdahak, sesak nafas, keringat dingin pada
malam hari, demam, nafsu makan menjadi turun bahkan jika sudah parah akan
mengalami batuk darah.
“Jangan
sampai sudah ada gejala yang lain. Jika mengalami batuk berdahak segera
periksa, lebih dini lebih baik,” ujarnya.
Selain
melakukan kegiatan skring di Lapas Slawi, Dinas Kesahatan Kabupaten Tegal juga
berencana melakukan ACF di perusahaan dan sekolah se-Kabupaten Tegal. Untuk
pemeriksaan di sekolah hanya dilakukan pada tahun ajaran baru dengan
penjaringan di kelas satu baik di tingkat SD, SMP atau SMA sederajat oleh
Puskesmas.
Ditempat
yang sama, Kasubsi Perawatan Narapidana dan Anak Didik Lapas Kelas IIB Slawi
Akhmad Budi Hermanto menyampaikan bahwa untuk penanganan TBC di Lapas Slawi ini
terdapat ruang isolasi. Ruang isloasi ini berupa kamar khusus untuk warga
binaan yang terkena TBC untuk membatasi atau mencegah penularan.
“Yang
TBC diberikan kamar khusus namun dia juga diberikan haknya, misalkan dia harus
olahraga kecil atau berjemur tetapi diatur waktunya, adapun kita batasi di blok
yang memang minim populasinya,” kata Budi.
Budi
juga menuturkan bahwa Lapas sebagai area kelompok rentan yang notabennya susah dalam
membatasi ataupun meminimalisir penularan ketika ada yang terkena tapi tidak
terkonfimasi atau tidak terskrining dengan baik, karena satu kamar di Lapas
dengan kapasitas tinggi dapat diisi oleh 15 sampai 20 orang.
“Kami
juga sudah memulai meminimalisir dengan misalkan menempatkan warga binaan yang
tidak merokok di kamar bebas rokok sendiri,” ungkapnya.