Audit Kasus Stunting 2023, Usaha Bersama Turunkan Stunting di Kabupaten Tegal


Diposting pada 13 November 2023, 14:57 Oleh ip


Dibutuhkan sinergi, sinkronisasi data dan kerja terukur untuk menurunkan prevalensi stunting di angka 14 persen pada tahun 2024. Hal tersebut disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah dalam sambutan pembukaan Diseminasi Hasil Pendataan Audit Kasus Stunting ke-2 (AKS 2) Tahun 2023 yang dilaksanakan di Gedung Muslimat NU Kabupaten Tegal, Sabtu 11 November 2023.

Pada acara yang dihadiri oleh seluruh Pengurus Muslimat NU dan Fatayat NU se Kabupaten Tegal, Umi Azizah berpesan bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini sebagai ikhtiar penguatan organisasi.  Menambah ilmu ngaji di bidang kesehatan bagi kader Muslimat dan fatayat NU.

“Para kader harus terus meningkatkan pengetahuan untuk menyiapkan kualitas anak – anak di masa yang akan datang menjadi generasi emas yang cerdas dan berakhlak.

Tingkatkan terus kegiatan penyuluhan ke masyarakat melalui media pengajian, samroh, hadroh, manakib. Penanganan stunting memerlukan kerja keras semua pihak, angka stunting itu sangat dinamis, lakukan upaya pencegahan dengan membangun kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Umi Azizah.

Semua kader jangan bosan untuk melakukan sosialiasi dan mencari sumber sumber dana secara swadaya yang selama ini sudah biasa dilakukan di masing masing pengurus ranting.

Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Tegal Khofiah dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan Diseminasi AKS dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan sumber dana dari Biaya Operasional Keluarga Berencana (BOKB).

Tujuan kegiatan AKS adalah untuk mencari penyebab terjadinya kasus sunting, menggali kasus stunting yang sulit diatasi dan menggali resiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan baduta usia 0 – 23 bulan.

Jumlah sasaran audit kasus stunting AKS 1 untuk calon pengantin 19 orang, ibu hamil  38 orang, ibu menyusui 19 orang dan baduta 36 anak. Sedangkan jumlah sasaran  AKS 2  untuk  ibu hamil 3 orang dan baduta 2 orang.

Dari jumlah sasaran sebanyak 117, faktor penyebab resiko stunting pada baduta adalah gizi buruk, pola asuh, kondisi rumah tinggal tidak layak huni, kurangnya akses air minum dan sanitasi layak.

Di kesempatan yang sama Tim Pakar AKS dari RS Mitra Keluarga Tegal dr. Krisna Adhi Nugraha, Sp.A menyampaikan  bahwa faktor resiko stunting itu dapat diturunkan dari orang tua. Anak yang orang tuanya stunting anaknya juga dapat beresiko stunting. Sehingga sangat penting harus dipantau tumbuh kembang anak, salah satunya dengan pengisian buku KIA secara teratur pada saat balita ditimbang.

Tumbuhkan kesadaran orang tua agar secara rutin melakukan penimbangan ke posyandu dan melakukan vaksinasi lengkap kepada balita. Banyak kasus stunting selain karena faktor gizi buruk juga akibat komplikasi berbagai penyakit yang diderita oleh balita. Salah satu upaya pencegahan adalah melalui vaksinasi. Lakukan vaksinasi lengkap di puskesmas agar dapat menghemat biaya karena vaksin sudah disediakan oleh pemerintah.

Edukasi kepada orang tua yang anaknya beresiko stunting hendaknya menggunakan bahasa yang baik, mudah dipahami dan tidak membuat orang tua enggan membawa ke posyandu atau puskesmas.

Penting dipahami bahwa stunting iut sudah pasti pendek,  tetapi balita pendek belum tentu stunting, karena faktor genetik juga berpengaruh terhadap tinggi badan anak. Untuk mengetahui ciri anak beresiko stunting adalah panjang badan saat lahir kurang dari 46 cm.

Untuk anak laki – laki  usia 1 tahun tinggi badan  kurang dari 70 cm, sedangkan untuk anak perempuan usia 24 bulan tinggi badan minimal  80 cm . jika melihat balita yang mengalami tanda tanda resiko stunting segera dirujuk ke puskesmas atau rumas sakit, biar dokter nanti yang menentukan  apakah anak itu stunting atau tidak dan tindakan medis lanjutan apa yang harus dilakukan.

“Upaya pencegahan sangat penting untuk atasi stunting, biaya pencegahan jauh lebih murah ketimbang penanganan balita stunting. Penanganan balita stunting membutuhkan banyak dokter ahli dari berbagai disiplin ilmu kedokteran karena anak yang sudah terkena stunting mengalami berbagai komplikasi penyakit yang harus ditangani bersama oleh dokter spesialis.

Kuncinya orang tua harus rutin melakukan penimbangan balita ke posyandu dan lakukan imunisasi lengkap pada anak di bawah usia dua tahun.  Karena anak akan mengalami pertumbuhan otak yang sangat pesat di usia sebelum 2 tahun. Pastikan anak mendapatkan asupan gizi yang baik dan pemantauan tumbuh kembang anak melalui dukungan tim pendamping keluarga dan ahli gizi di puskesmas,” pungkas Krisna.


Tag:




Link Pemerintahan


Link Lainnya