Diposting pada 25 September 2019, 14:52 Oleh Afiati Hary Kresnawati, SKM, MPH (AAAK)
Tentunya udah
banyak artikel memuat tentang sampah, tetapi semakin sering perihal sampah
muncul diharapkan kita dapat selalu teringat untuk selalu memikirkan mengenai
sampah. Mengingat kembali berita yang kurang mengenakan bagi Negara kita, yaitu
Indonesia menduduki peringkat kedua untuk pembuangan sampah plastik ke laut sepertinya
ada rasa tidak terima mengapa hal itu harus menimpa Negara kita, Hasil riset Jenna R Jambeck dan
kawan-kawan (publikasi di www.sciencemag.org 12 Februari 2015) yang diunduh
dari laman www.iswa.org pada 20 Januari 2016 dengan rentang 0.48
sampai tertinggi 1.29 juta metrik ton.
Peningkatan timbunan
sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton
per tahun. Kabupaten Tegal turut
berkontribusi di dalam produksi sampah tersebut, dimana-mana setiap sudut
tempat ada sampah membukit, di pedesaan, pantura di Suradadi, Warureja, di
pegunungan termasuk Bumijawa, Bojong, dan Jatinegara di semua tempat ada
sampah. Sementara TPS yang penuh sehingga tumpah-tumpah ada di daerah Kebasen,
Pesarean, dan Adiwerna.
Bahaya Sampah Plastik
Hal mengenai sampah yang membuat
prihatin adalah dengan diketahuinya realita bahwa sampah terutama plastik temasuk
ke dalam benda yang unrenewable (irreversible). Science Learn memaparkan,
dalam keadaan yang baik dengan kepadatan tinggi, polyethylene (salah satu jenis
plastik) membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk terurai. Sedangkan dalam
keadaan kurang ideal seperti tempat pembuangan sampah, butuh waktu lebih dari
500 tahun bagi plastik untuk terurai.
Bijak Menghasilkan Sampah
Singkat kata sampah terutama sampah plastik harus diminimalkan dalam kehidupan kita. Tetapi tampaknya lifestyle untuk menggunakan sampah plastik sudah hype dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah daftar penggunaan plastik apa saja yang melekat dalam kehidupan kita Berikut beberapa faktor penyumbang terbesar produksi sampah plastik maupun kertas non daur ulang :
1. Bisnis jual makanan lauk rumahan; penulis, para ibu rumah tangga dan pekerja merupakan penyumbang terbesar sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pulang kerja mampir penjual lauk dan sayur matang, wadahnya tidak lain adalah plastic juga…..sudah jarang ibu-ibu mampir dengan membawa rantang seperti jaman dulu, hal ini ditinjau dari segi kepraktisan.
2. Jual sayuran
Jaman sekarang sudah ada pergeseran menuju kepraktisan, kalau jaman dahulu karena era bungkus kertas pada jualan makanan menggeser bungkus dari daun-daunan. Pernah dilantunkan oleh lagu Frankie and Jane dengan judul balada Pemetik Daun Jati yang dipopulerkan pada tahun 1979 (sepertinya sebagian pembaca belum lahir), kalau sekarang bukan karena sedang trend nya bungkus kertas atau plastik tetapi karena sudah sulit menemukan daun-daunan untuk pembungkus makanan yang dijual.
3. Pembelian barang di mall atau pertokoan; sekecil apapun pasti dibungkus dengan plastik untuk kepantasan purna jual.
4. Plastik sampah yang disediakan setiap kursi di Kereta Api, merupakan salah satu penyumbang sampah plastik, sebab penumpang diarahkan untuk membuang sampahnhya sesedikit apapun ke dalam kantong plastic yang pada akhirnya berujung ke tempat sampah pengumpul
5. Jual bubur bayi dengan cup kertasnya
6. Popok bayi (pampers)
7. Makanan kemasan seperti biskuit dsb, kadang miris menjumpai biskuit yang kecil tetapi dikemas dengan plastik yang tebal dan berlapis sedemikian banyaknya
8. Minuman siap saji dengan cup platik atau kertasnya
Sungguh susah untuk meninggalkan konsumsi sampah tersebut, untuk emak-emak seperti penulis maupun konsumen travelling yang butuh praktis tetapi ternyata berdampak buruk terhadap konsumsi sampah non daur ulang tersebut.
Upaya Menghambat Produksi Sampah :
1. Kurangi konsumsi seperti yang disebutkan dalam daftar tadi, seperti membawa wadah atau plastik sendiri dari rumah. Plastik selalu dibawa di dalam tas sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan tidak perlu mencari plastik yang ujung-ujungnya bermuara ke tempat sampah juga. Belanja sayuran yang dekat rumah maupun barang kecil yang dibeli di pertokoan bisa langsung dibawa atau dimasukkan dalam tas kita.
2. Beberapa perusahaan
juga telah berusaha mengurangi produksi sampah seperti Perusahaan Komersil
Greeneration Indonesia yang meluncurkan gerakan Diet Kantong Plastik yang memproduksi tas bernama
“Tas bagGoes” yang diklaim dapat dipakai 1.000 kali.
Terima kasih kepada Minuman Cha Time di mall yang sudah mendiskon
sampai 20% untuk pembelian dengan membawa tumbler sendiri dari rumah.
3. Go Green yang sudah mulai digalakkan oleh instansi-instansi yaitu ketika rapat untuk membawa gelas atau tumbler sendiri-sendiri. Jadi mulai sekarang jangan lupa dalam tas kita bawa ke mana-mana gelas plastik atau tumbler yaa….
Metode pengelolaan
Beberapa pola pengelolaan sampah di Indonesia
berdasarkan hasil studi yang dilakukan di beberapa kota tahun 2012 adalah
seperti diangkut dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur
ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%). Namun diakui,
tantangan besar pengelolaan ada pada penanganan sampah plastik yang tidak ramah
lingkungan.
Memanfaatkan Sampah dan Permasalahannya :
Mengolah sampah adalah sedekah kita demikian dituliskan dalam sebuah buku, terbitan Gramedia, beberapa waktu lalu lewat terbaca. Beberapa contoh nyata pengelolahan sampah yaitu :
1. Mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM)
Melalui serangkaian alat yang didesain sedemikian rupa dpat mengolah sampah plastic menjadi BBM, sudah banyak diperaktikkan di beberapa daerah, yang terdekat di Kota Tegal, daerah Panggung Utara ada yang sudah mempraktikkan mengubah sampah plastik menjadi BBM, bahkan memproduksi pesanan pembuatan alat pengolah sambah plastic menjadi BBM. Sebagai perkiraan, dari 5 kilogram sampah plastic dapat menghasilkan 2,5 liter BBM premium
Gambar 1 : Pengolahan sampah plastik menjadi BBM
2. Mengolah sampah supaya menghasilkan uang
a. Mengoptimalkan Bank Sampah pada masyarakat;
Proses ini termasuk dalam upaya pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Di beberapa tempat Bank sampah sangat bagus (contoh di ibukota Kabupaten Tegal, yaitu Slawi), tetapi belum merata di semua masyarakat. Banyak latar belakang kendala seperrti belum adanya pengepul (pengepul aktif semua jenis sampah belum menjangkau sampai tempat terjauh di Kabupaten Tegal), kurang ada kesungguhan dari masyarakat untuk mengusahakannya dsb.
Gambar 3 : Pemilahan sampah re-use di tingkat Rumah Tangga
b. Mendaur ulang sampah plastik, reuse mengubah menjadi barang-barang yang masih dapat digunakan dan bernilai ekonomis seperti bunga hias plastik, tempat tisu, sandal, tas maupun barang bermanfaat lainnya
Hal ini juga belum semua masyarakat mampu untuk mengolah sampah-sampah re-use karena belum tersentuh oleh pengetahuan juga kemungkinan belum mendapat informasi adanya pelatihan pembuatan produk olahan sampah, hal ini yang perlu mendapat sentuhan lebih lanjut.
c. Perusahaan dari Bank Sampah :
Sebagai salah satu contoh nyata, Pernah mendengar nama Wilda Yanti, pendiri PT dan konsultan sampah : Xaviera Global Synerg? Beliau sukses dari mengumpulkan sampah. Berprinsip pada peribahasa :“Sampah seseorang merupakan harta yang berharga bagi orang yang lain”, maka beliau menjadi milyuner berkat sampah buangan masyarakat. Yanti mendirikan Perusahaan berbisnis bank-bank sampah di Indonesia.
Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang Pembuatan Pakan ternak, pembuatan kompos, Pupuk cacing bahan bakar, Biogas dan Energi listrik juga penangnaan air limbah, elok sekali jika kita dapat belajar dan mencontoh taruhlah salah satu dari usaha-usaha pengelolaan itu sudah sangat membantu pengelolaan sampah dan perekonomian masyarakat.
Gambar 2 : Perusahaan Pengolah Limbah Masyarakat
d. Mengumpulkan sampah untuk mendapatkan asuransi atau jaminan kesehatan; seperti dokter Gamal Albinsaid dari Malang yang menarik perhatian dunia melalui asuransi sampahnya, yaitu menukar sampah yang dibawa masyarakat dengan biaya gratis mengakses pelayanan kesehatan
Kendala dan Solusi :
1. Bank sampah yang tidak jalan, sebagian karena kesulitan menemukan pengepul sampah. Mencarikan pengepul yang dapat menjangkau ke tempat terjauh dari pusat kabupaten maupun daerah terdekat lain, Alangkah baiknya untuk menjadi relawan pengumpul di sebuah perumahan yang jauh dari pengepul sehingga pengepul datang jauh-jauh dengan hasil yang cukup banyak
2. Mahal membeli alat pengolah sampah; Pemda dapat memberi bantuan Hibah alat pengolah sampah seperti di beberapa daerah lain, seperti daerah Aceh (ada 12 daerah yang mendapat bantuan dana Hibah (25/1/2016). Hal yang sudah ada yaitu pemebrian fasilitas timbangan bagi Bank Sampah dari pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup.
3. Ilmu belum ada, Pemerintah daerah dapat mengadakan pelatihan bisa melalui Dinas Lingkungan Hidup maupun Perindagnaker untuk pelatihan pengolahan sampah pada daerah yang belum tersentuh, bisa juga melalui konsultan swasta seperti contoh yang sudah disebutkan sebelumnya.
Harapannya :
1. Masyarakat dapat belajar mengurangi laju produksi sampah,.
2. Diberi pembelajaran dan pelatihan praktis untuk me-reuse sampah plastik
3. Difasilitasi dan dimudahkan untuk mengelola dan mengolah sampah (dicarikan pengepul terdekat, diberi bantuan alat pengolah sampah)
Demikian pembahasan mengenai contoh nyata Bagaimana mengurangi dan Mengolah Sampah terutama sampah Plastik di masyarakat. Barangkali bisa diupayakan mulai dari diri sendiri dan dari sekarang serta dari hal terkecil untuk belajar membiasakan serta belajar hal baru untuk mengolah sampah. Semoga dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Sumber :
1. https://properti.kompas.com/read/2016/01/27/121624921/Indonesia.Darurat.Sampah
2. https://tirto.id/prestasi-sampah-indonesia-yang-mengkhawatirkan-bUWl
Penulis :
Afiati Hary Kresnawati, SKM, MPH (AAAK)
Staf Pelaksana RSUD Suradadi Kabupaten Tegal
NIP 19741112 200604 2 012
Bagian dari :
HAKLI dan IAKMI Kabupaten Tegal, Persakmi Jawa Tengah, IAPI dan PAMJAKI