Diposting pada 10 August 2020, 08:28 Oleh Yusuf Adi Mirzaman, S.Kom
Sebagian dari kita mungkin pernah menonton film Iron Man. Iron Man atau Tony Stark memiliki asisten virtual yang diberi nama Jarvis. Sebagian dari kita pasti membayangkan seandainya kita memiliki asisten virtual seperti Jarvis pasti sangat menyenangkan. Kita akan sangat terbantu dengan kehadiran asisten virtual, membuka pintu, menyalakan lampu, membantu mencarikan sesuatu, mengingatkan suatu hal hanya dengan mengucapkan perintah semua itu bisa dilakukan oleh asisten virtual. Bukan hanya membantu kita melakukan pekerjaan rumah namun juga bisa berbincang dengan asisten virtual layaknya teman.
Kehadiran “Jarvis” bukanlah hal mustahil, nyatanya banyak developer yang sudah mengembangkan asisten virtual contohnya Amazon Alexa dari Amazon, Bixby dari Samsung, Cortana dari Windows 10, Google Assistant dari Google dan Siri dari Apple. Developer dalam negeri juga tidak kalah dengan mereka, banyak juga asisten virtual yang telah dibuat oleh mereka. Kita berharap asisten virtual ini akan terus berkembang sehingga “Jarvis” bukanlah khayalan belaka.
Asisten virtual dibuat dengan memanfaatkan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. AI bukan hanya digunakan untuk membuat asisten virtual tapi juga bisa digunakan untuk banyak hal seperti pendeteksi wajah, pendeteksi penyakit, pengenalan jenis-jenis tanaman, menerjemahkan bahasa dan banyak hal lain.
AI sudah dimanfaatkan oleh banyak developer untuk membantu manusia dalam berpikir atau mencari sesuatu. GoFood adalah salah satu fitur dari GoJek yang memanfaatkan AI. Aplikasi GoJek bisa mengetahui penjual makanan terdekat ketika kita hendak memesan makanan, ini mungkin sederhana namun sangat membantu penggunanya. Kemampuan ini bisa dimanfaatkan oleh pengguna untuk meminimalkan ongkos kirim dengan memilih penjual makanan terdekat.
Contoh pemanfaatan AI selanjutnya pasti akan sangat membantu untuk kalangan pelajar / mahasiswa yaitu aplikasi Photomath. Aplikasi ini bisa menghitung soal matematika hanya dengan cara mengambil foto soal dan aplikasi akan menghitungnya secara otomatis. Pengguna tidak perlu lagi menginput secara manual soalnya.
Pemanfaatan AI juga sudah menarik perhatian pemerintah. Pemerintah berencana untuk mengurangi jumlah eselon yang saat ini ada eselon I, II, III, dan IV rencananya eselon III dan IV akan dihilangkan dan diganti dengan AI. Penggunaan AI ini bertujuan untuk memangkas birokrasi yang berlapis khususnya birokrasi untuk mengurus perizinan (dikutip dari finance.detik.com).
AI seharusnya sudah dimanfaatkan oleh pemerintah dari hal yang sederhana sampai hal yang kompleks. Tahun lalu kita sempat dihebohkan dengan kasus penganggaran Lem Aibon sebesar Rp82,5M pada Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Gubernur Anies Baswedan mengatakan, ini adalah kesalahan sistem yang tidak smart (dikutip dari cermati.com). Orang awam mungkin akan sulit memahami apa yang dikatakan oleh Anies Baswedan namun membuat sistem menjadi lebih pintar bukanlah hal yang mustahil. Kita seharusnya tidak perlu lagi memeriksa data inputan satu persatu karena sudah tervalidasi oleh sistem.
Pemanfaatan AI seharusnya sudah dilakukan dari hal yang sederhana seperti untuk validasi input oleh pengguna. Pekerjaan manusia akan lebih mudah dengan pemanfaatan AI sejak dini. Sebagai contoh jika kita input data pembelian pulpen dengan harga satuan Rp7.000 dengan jumlah 10 juta maka harganya menjadi Rp70M dari sini sistem bisa mengidentifikasi kesalahan, buat apa kita membeli pulpen dengan jumlah begitu besar? Setelah mengidentifikasi kesalahan, sistem akan memberikan notifikasi kepada atasan bahwa ada kesalahan input yang dilakukan oleh bawahannya dengan demikian atasan tidak perlu lagi memeriksa data input satu persatu secara manual. Buat apa kita masih bekerja secara manual jika sudah ada sistem?
Pemanfaatan AI dengan maksimal diharapkan bisa meringankan beban kerja pengguna sehingga kesalahan-kesalahan yang seharusnya bisa dihindari bisa tertangani. AI memang tidaklah selalu benar namun kesalahan yang dilakukan AI berbeda dengan human error seperti hilangnya fokus atau sekedar input sembarangan. Dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan tersebut diharapkan data yang disajikan sudah tervalidasi.
Programmer juga diharapkan tidak hanya membuat aplikasi untuk input dan output data saja tetapi bisa membuat pengguna merasa terbantu dengan aplikasi tersebut. Jika aplikasi hanya sekedar input dan output saja tidak perlu kita membayar mahal programmer, cukup menggunakan aplikasi Microsoft Office semua bisa dilakukan. Membuat aplikasi dengan sentuhan AI juga akan menambah nilai jual seorang programmer dan klien tidak sungkan untuk membayar mahal programmer.