Diposting pada 21 May 2021, 19:59 Oleh Afiati Hary K. ( ASN RSUD Suradadi )
Kebangkitan suatu bangsa ditentukan oleh semangat
bangsa itu sendiri untuk bangkit. Bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan
Nasional pada setiap tanggal 20 Mei, dikondisikan untuk tetap menjaga semangat
kebangsaan dan nasionalime. Hal ini sesuai amanah tiga tokoh utama Budi Utomo
yaitu Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantoro (Suwardi
Suryaningrat). yaitu telah mewadahkan
semangat pergerakan Nasional melalui berdirinya Budi Utomo 20 Mei 1908. Sebagai
generasi penerus, kita ingin selalu mengenang dan mempertahankan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air. Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, Bertanah Air
satu tanah air Indonesia dan Bertumpah darah satu tumpah darah Indonesia.
Semangat Nasionalisme
Saat ini rasa
nasionalisme pada masyarakat kembali dipertanyakan, seiring dengan perkembangan
zaman dan perubahan situasi dan kondisi.
Pemerintah dan masyarakat saat ini berada pada posisi ekonomi yang
memprihatinkan pasca ledakan covid-19 yang pertama pada 2020 lalu. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia sempat menurun pada triwulan II tahun 2020 yaitu sebesar
2,97% semenjak adanya wabah pandemi covid pada pertengahan Maret 2020, meskipun
kembali menanjak di angka 5% lebih. Sebagian masyarakat merasa sangat prihatin
dengan kondisi yang terpuruk sampai imbasnya menimbulkan resesi ekomomi. Pengangguran meningkat sebagai dampak
perusahaan yang pailit karena tidak mampu membayar tenaga kerjanya, praktis
mempengaruhi daya beli masyarakat. Sementara daya beli masyarakat merupakan
indikator utama kemampuan ekonomi suatu bangsa disamping belanja pemerintah.
Indonesia membutuhkan
perjuangan keras untuk memulihkan kondisi ekonomi yang sedang melanda saat ini.
Beberapa target menjadi capaian indikator pertumbuhan ekonomi, diantaranya meliputi
Growth Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto, Growth Domestic Happiness (GDH) atau
Indeks Kebahagiaan, Growth Domestic Well-being (GDW) atau Indeks
Kebahagiaan, Ability to Pay (daya beli masyarakat), termasuk juga
tanggap darurat bencana, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, serta ketahanan
sosial. Disamping itu berbagai kebijakan pemerintah dilancarkan untuk
mengurangi pengangguran, seperti menstimulus mendatangkan investor asing, pariwisata
sampai dengan kemudahan dalam permodalan untuk usaha. Kinerja ekonomi banyak
ditentukan dari konsumsi rumah tangga serta daya beli masyarakat. Penguatan
konsumsi rumah tangga penting guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan indikator
peningkatan ketahanan di bidang pangan, ekonomi juga sosial diharapkan akan
lebih terpacu melalui semangat nasionalime melalui momentum Kebangkitan
Nasional.
Jika pada zaman
dahulu rakyat berjuang dengan menggunakan bambu runcing melawan kolonial maupun
pasukan Nipon/ penjajah yang lain, perjuangan para pendahulu untuk keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka saat ini perjuangan bertransformasi
bentuk untuk menghadapi pemulihan ekonomi pasca resesi 2020 lalu dan reformasi
nasional terdampak covid-19. Resesi yang berpengaruh secara fundamental dan
memerlukan reformasi secara nasional. NKRI harga mati, dan kita harus secara
bersama mengusung semua program dan kebijakan pemerintah. Tidak hanya generasi
muda seperti amanah sumpah pemuda dan pergerakan nasional, sekarang bahkan semua
kalangan harus menyingsingkan lengan baju untuk memikirkan dan membantu memenuhi
kebutuhan negara.
Mematuhi Kebijakan
Berbicara masalah
pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari pengelolaan kesehatan. Semakin tinggi
angka kesakitan pada masyarakat maka pengeluaran pemerintah semakin besar. Angka
kesakitan covid harus dibatasi, patuhi 3 M (Mencuci tangan pakai sabun, Menjaga
jarak, dan Memakai masker) yang dilanjutkan dengan 3T (Tracing,
Test dan Treatment). Kebijakan pencegahan covid-19 mewajibkan kita untuk
mengubah perilaku sebagai wujud rasa
nasionalisme, beberapa diantaranya social
distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan New Normal. Jika
kita ingin berjuang untuk Negara Kesatuan RI berarti kita harus mengubah
perilaku bermasyarakat, maskermu menjaga kesehatanku dan maskerku menjaga
kesehatanmu. Tantangan dilakukan masyarakat pedesaan yang erat dengan budaya
persaudaraan, maupun alasan estetika, masih cantik dan gantengkah dengan
maskermu, sopankah berbicara dengan tetap memakai masker.
No tracing, kebijakan larangan mudik yang tahun kemarin masih lumayan
ditaati sekarang seperti angin yang bertiup tanpa halangan. Tidak tahu karena
memendam rindu yang mendalam, melakukan dharma bakti kepada orang tua ataupun
alasan lainnya, atau karena alih-alih sudah diberi vaksin sehingga merasa kebal
seperti sebab bencana covid di India atau karena budaya abadi masyarakat yaitu
sebagai risk taker sehingga berani
menghadapi apapun risiko yang di depan mata. Masyarakat seakan tidak peduli risiko
covid sebagai silent killer karena Happy hypoksi (meninggal dengan unpredictable sebelumnya). Data terakhir tecatat dari test acak yang
dilakukan pada 6.724 pemudik, terdapat 4.123 orang yang terkonfirmasi positif
corona. Hasil yang spektakuler jumlahnya jauh melebihi rata-rata terkonfirmasi
harian di Indonesia.
Pembatasan Sosial
Berskala Besar, Social distancing dan
New Normal sebagaimana disebutkan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07.MENKES/328.2020
tentang Panduan Pencegahan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran
dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi, diharapkan
merupakan supprot system pendukung pencegahan covid-19 dalam percepatan pemulihan ekonomi dan
reformasi sosial. Masyarakat
diharap mematuhi aturan pemerintah karena inilah wujud perjuangan yang
sebenarnya, sepadan dengan bambu runcing dan meninggal di medan laga bahkan
terasa lebih berat karena harus mengubah perilaku atau budaya. Masyarakat harus
memiliki tekad untuk mematuhi kebijakan pemerintah dengan mengubah perilaku
yang sehat serta lebih cerdas menelusur dan menyikapi berita simpang siur yang
menyurutkan persepsi masyarakat terhadap covid-19 (Widodo dalam Rizkinaswara, 2020).
Aksi Perjuangan
Menaati kebijakan
pemerintah untuk menjaga kesehatan melalui New Normal bukan berarti mematikan
perekonomian seperti pendapat yang beredar di masyarakat. Sering kita salah
mengartikan bahwa ini merupakan titik awal kurangnya penghasilan pada
masyarakat. Tidak semua masyarakat dapat bertahan di masa resesi ekonomi bangsa
ini. Sejatinya kita hanya perlu mengubah bidang pekerjaan saja. Bagi masyarakat
yang masih memiliki penghasilan dapat berhemat dan dapat mengikuti kursus atau
pelatihan online atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat
ini pekerja harus menyesuaikan metoda sesuai era disrupsi (digital), karena
revolusi industri 4.0 menuntut Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya
saing. Munculnya kecerdasan tiruan menambah persaingan tenaga kerja sehingga merupakan
cambuk bagi kita untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilan
sebagai kelebihan yang patut diperhitungkan ketika harus dibandingkan dengan
mesin (Robandi, 2019). Adapun pada masyarakat yang sama sekali tidak berpenghasilan ataupun
tabungannya sudah habis, harus lebih kreatif mencari lapangan pekerjaan yang uptodate (jasa online atau bisnis degrowth yang membumi seperti tanaman
hias atau bernilai ekonomi maupun bisnis kuliner yang tidak mengenal mati
(Ginting, 2020). Ketahanan ekonomi dicapai dengan (berkebun dan bertani untuk
mencukupi kebutuhan rumah tangga sendiri. Sektor pertanian tumbuh mencapai 16%
selama masa pandemic (Masduki 2020), terbukti banyak masyarakat menanam dan
membudidayakan tanaman pangan, bahkan masyarakat perumahan sebagian mengganti jenis
tanaman dengan tanaman yang dapat dikonsumsi.
Masyarakat juga perlu
untuk mengupayakan; ketahanan pangan, ekonomi dan sosial lingkungan sekitar
sesuai amanah persatuan. Ketika ada saudara yang kekurangan adalah kewajiban
kita untuk berbagi pada sesama. Pemberian bantuan dan donasi muncul sebagai empati
untuk menolong masyarakat yang kurang beruntung dan terhimpit ekonominya.
Bersyukur bahwa sudah banyak masyarakat yang mengulurkan bantuan, pembagian
bahan makanan disalurkan pada daerah-daerah minus di sekitar. Hal ini merupakan
kekuatan persaudaraan dan kebangsaan Indonesia, pada saat rasa care sudah mulai menipis di masa modern
seperti sekarang, menjadi tumbuh subur lagi dengan adanya pandemi covid-19 pada
masyarakat.
Sungguh beragam upaya perjuangan di masa pandemik,
keberhasilan di semua bidang merupakan tolok ukur masih adanya semangat
kebangsaan dalam diri kita, terbukti dapat lolos dari banyak masalah yang menguji persatuan. Banyak
tanggung jawab kita bagi negara dan masyarakat untuk dapat tetap berpartisipasi
meningkatkan semua sektor pembangunan, termasuk perekonomian yang sempat
mengalami kontraksi ekonomi (pertumbuhan ekonomi negatif) pada tahun lalu. Prinsipnya,
tidak ada kegiatan positif yang tidak bermanfaat. Disadari maupun tidak
disadari pandemi sudah memberikan sisi positif dalam kehidupan baik untuk
kebutuhan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat juga berbangsa. Jangan dikira kegiatan sederhana kita di rumah
bukan merupakan perjuangan Kebangkitan Nasional. Jadi kita dapat berperan di bidang
penguatan ekonomi domestik dan mempertahankan kesehatan. Penguatan ekonomi
domestik merupakan kunci utama untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional
yang terdampak pandemik covid-19.